Jumat, 30 Oktober 2009



TIM PENYUSUN :
- DINA AMALIA R
- WATI YULIANTI
- NIDA RIZQINA
- IKE FUJI M
- RUSDA MARIATI




KONSEP PERILAKU DAN PERUBAHAN PERILAKU

A. KONSEP PERILAKU
Perilaku merupakan basil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon Skinner, cit.Notoatmojo 1993). Perilaku tersebut dibagi lagi dalam 3 domain yaitu
- kognitif diukur dari pengetahuan
- afektif dari sikap
- psikomotor tindakan(ketrampilan)

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman, selain guru, orangtua, teman, buku, media massa (WHO 1992).
• Menurut Notoatmojo (1993), pengetahuan merupakan hasil dari tabu akibat proses penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan tersebut terjadi sebagian besar dari penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan yang cakap dalam koginitif mempunyai enam tingkatan, yaitu : mengetahui, memahami, menggunakan, menguraikan, menyimpulkan dan evaluasi.

• Menurut Notoatmojo (1993) sikap merupakan reaksi yang masih tertutup, tidak dapat terlihat langsung. Sikap hanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang nampak. Azwar (1995) menyatakan sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara tertentu, bentuk reaksinya dengan positif dan negatif sikap meliputi rasa suka dan tidak suka, mendekati dan menghindari situasi, benda, orang, kelompok, dan kebijaksanaan social (Atkinson dkk, 1993).


• Menurut Harvey & Smith (1997) sikap, keyakinan dan tindakan dapat diukur. Sikap tidak dapat diamati secara langsung tetapi sikap dapat diketahui dengan cara menanyakan terhadap yang bersangkutan dan untuk menanyakan sikap dapat digunakan pertanyaan berbentuk skala.Tindakan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan, sikap dan kepercayaan (cit. Notoatmojo 1993).

• Menurut Sarwono (1993) perilaku manusia merupakan pengumpulan dari pengetahuan, sikap dan tindakan, sedangkan sikap merupakan reaksi seseorang terhadap stimulus yang berasal dari luar dan dari dalam dirinya.

Perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat terjadi melalui proses belajar. Belajar diartikan sebagai proses perubahan perilaku yang didasari oleh perilaku terdahulu.Dalam proses belajar ada tiga unsur pokok yang saling berkaitan yaitu masukan (input), proses, dan keluaran (output) (Notoatmojo 1993). lndividu atau masyarakat dapat merubah perilakunya bila dipahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap berlangsungnya dan berubahnya perilaku tersebut.

Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku seseorang, sebagian terletak di dalam individu sendiri yang disebut faktor intern dan sebagian terletak diluar dirinya yang disebut faktor ekstern, yaitu faktor lingkungan

• Azwar (1995) menyatakan bahwa sekalipun diasumsikan bahwa sikap merupakan predisposisi evaluasi yang banyak menentukan cara individu bertindak, akan tetapi sikap dan tindakan seringkali jauh berbeda. Hal ini karena tindakan nyata ditentukan tidak hanya oleh sikap, akan tetapi oleh berbagai faktor eksternal lainnya. Sikap tidaklah sama dengan perilaku, dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang, sebab seringkali terjadi bahwa seseorang memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono 1993).

B. PERILAKU SEHAT DAN PERILAKU SAKIT
Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner tersebut, maka perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari tiga aspek.

a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.

b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. perlu dijelaskan di sini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari itu orang yang sehatpun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.

c. Perilaku gizi (makanan dan minuman). makanan dan minuman dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. hal ini sangat tergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut.

2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior)

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.

a. Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya. sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. dengan perkataan lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga, dan masyarakatnya.Seorang ahli lain (Becker, 1979 : 214) membuat klasifikasi l ain tentang perilaku kesehatan ini.

b. Perilaku hidup sehat

Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. perilaku ini mencakup antara lain:

1) Makan dengan menu seimbang (appropriate diet). menu seimbang di sini dalam arti kualitas (mengandung zat-zat gizi yang diperlukan tubuh), dan kuantitas dalam arti jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi juga tidak lebih). Secara kualitas mungkin di Indonesia dikenal dengan ungkapan empat sehat lima sempurna.

2) Olahraga teratur, yang juga mencakup kualitas (gerakan), dan kuantitas dalam arti frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olahraga. dengan sendirinya kedua aspek ini akan tergantung dari usia, dan status kesehatan yang bersangkutan.

3) Tidak merokok. merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai macam penyakit. Ironisnya kebiasaan merokok ini, khususnya di Indonesia seolah-olah sudah membudaya. Hampir 50% penduduk Indonesia usia dewasa merokok. bahkan dari hasil suatu penelitian, sekitar 15% remaja kita telah merokok. inilah tantangan pendidikan kesehatan kita.

4) Tidak minum-minuman keras dan narkoba. Kebiasaan minuman keras dan mengkonsumsi narkoba (narkotik dan bahan-bahan berbahaya lainnya) juga cenderung meningkat. Sekitar 1% penduduk Indonesia dewasa diperkirakan sudah mempunyai kebiasaan minuman keras ini.

5) Istirahat cukup. dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat tuntutan untuk penyesuaian lingkungan modern, mengharuskan orang untuk bekerja keras dan berlebihan, sehingga kurang waktu istirahat. hal ini dapat juga membahayakan kesehatan.

6) Mengendalikan stres. Stres akan terjadi pada siapa saja, dan akibatnya bermacam-macam bagi kesehatan. Lebih-lebih sebagai akibat dari tuntutan hidup yang keras seperti diuraikan di atas. Kecenderungan stres akan meningkat pada setiap orang. stres tidak dapat kita hindari, maka yang penting agar stres tidak menyebabkan gangguan kesehatan, kita harus dapat mengendalikan atau mengelola stres dengan kegiatan-kegiatan yang positif.

7) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya : tidak berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri kita dengan lingkungan, dan sebagainya

c. Perilaku sakit (illness behavior)

Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang : penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit, dan sebagainya.

d. Perilaku peran sakit (the sick role behavior)

Dari segi sosiologi, orang sakit (pasien) mempunyai peran, yang mencakup hak-hak orang sakit (right) dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation).Hak dan kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain (terutama keluarganya), yang selanjutnya disebut perilaku peran orang sakit (the sick role).Perilaku ini mliput:

1) Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.

2) Mengenal / mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan penyembuhan penyakit yang layak.

Mengetahui hak (misalnya : hak memperoleh perawatan, memperoleh pelayanan kesehatan, dsb) dan kewajiban orang sakit (memberitahukan penyakitnya kepada orang lain terutama kepada dokter/petugas kesehatan, tidak menularkan penyakit kepada orang lain, dan sebagainya)
C. TEORI-TEORI PERUBAHAN PERILAKU

1. Teori S-O-R
• Perubahan perilaku didasari oleh: Stimulus--àOrganisme--àRespons.
• Perubahan perilaku terjadi dgn cara meningkatkan atau memperbanyak rangsangan (stimulus).
• Oleh sebab itu perubahan perilaku terjadi melalui proses pembelajaran (learning process).
• Materi pembelajaran adalah stimulus.

Proses perubahan perilaku menurut teori S-O-R.:

a. Adanya stimulus (rangsangan): Diterima atau ditolak
b. Apabila diterima (adanya perhatian) à mengerti (memahami) stimulus.
c. Subyek (organisme) mengolah stimulus, dan hasilnya:
- Kesediaan untuk bertindak terhadap stimulus (attitude))
- Bertindak (berperilaku) apabila ada dukungan fasilitas (practice)

2. Teori “Dissonance” : Festinger

Perilaku seseorang pada saat tertentu karena adanya keseimbangan antara sebab atau alasan dan akibat atau keputusan yang diambil (conssonance).
Apabila terjadi stimulus dari luar yang lebih kuat, maka dalam diri orang tersebut akan terjadi ketidak seimbangan (dissonance).
Kalau akhirnya stilmulus tersebut direspons positif (menerimanya dan melakukannya) maka berarti terjadi perilaku baru (hasil perubahan), dan akhirnya kembali terjadi keseimbangan lagi (conssonance).


Rumus perubahan perilaku menurut Festinger:

Pentingnya Stim xJml kog dis
Dissonance:---------------------------------------------------
Pentingnya Stim x Jml kog con
Terjadinya perubahan perilaku karena adanya perbedaan elemen kognitif yang seimbang dengan elemen tidak seimbang.
Contoh: Seorang ibu hamil memeriksakan kehamilannya terjadi karena ketidak seimbangan antara keuntungan dan kerugian stimulus (anjuran perikasa hamil).

3. Teori fungsi: Katz
• Perubahan perilaku terjadi karena adanya kebutuhan. Oleh sebab itu stimulus atau obyek perilaku harus sesuai dengan kebutuhan orang (subyek).
• Prinsip teori fungsi:
a) Perilaku merupakan fungsi instrumental (memenuhi kebutuhan subyek)
b) Perilaku merupakan pertahanan diri dalam mengahadapi lingkungan (bila hujan, panas)
c) Perilaku sebagai penerima obyek dan pemberi arti obyek (respons terhadap gejala sosial)
d) Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dalam menjawab situasi.(marah, senang)

4. Teori “Driving forces”: Kurt Lewin

• Perilaku adalah merupakan keseimbangan antara kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan penahan (restraining forces).
• Perubahan perilaku terjadi apabila ada ketidak seimbangan antara kedua kekuatan tersebut.
• Kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan perilaku:
a. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatanpenahan tetap.
b. Kekuatan pendorong tetap, kekuatan penahan menurun.
c. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun.

D. BENTUK-BENTUK PERUBAHAN PERILAKU

1. Perubahan alamiah (natural change): Perubahan perilaku karena terjadi perubahan alam (lingkungan) secara alamiah

2. Perubahan terencana (planned change): Perubahan perilaku karena memang direncanakan oleh yang bersangkutan

3. Kesiapan berubah (Readiness to change): Perubahan perilaku karena terjadinya proses internal (readiness) pada diri yang bersangkutan, dimana proses internal ini berbeda pada setiap individu.

E. STRATEGI PERUBAHAN PERILAKU
• Inforcement:
1. Perubahan perilaku dilakukan dengan paksaan, dan atau menggunakan peraturan atau perundangan.
2. Menghasilkan perubahan perilaku yang cepat, tetapi untuk sementara (tidak langgeng)

• Education:
1. Perubahan perilaku dilakukan melalui proses pembelajaran, mulai dari pemberian informasi atau penyuluhan-penyuluhan.
2. Menghasilkan perubahan perilaku yang langgeng, tetapi makan waktu lama.

F. HEALTH SEEKING BEHAVIOR

Adalah perilaku orang untuk mencari penyembuhan pada waktu ia sakit atau mengalami nasalah kesehatan.

Reaksi orang pada waktu sakit:
1. Tidak berbuat apa-apa
2. Diobati sendiri (tradisonal atau modern)
3. Mencari pengobatan: Ke pengobat tradisional, Ke fasilitas kesehatan modern (mantri, dokter praktek swasta, Puskesmas, Rumah Sakit)

G. CARA-CARA PERUBAHAN PERILAKU
Untuk mencapai perubahan perilaku, ada beberapa cara yang bisa ditempuh, yaitu :

1. Dengan Paksaaan, Ini bisa dengan :

a. Mengeluarkan instruksi atau peraturan, dan ancaman huluman kalau tidak mentaati instruksi atau peraturan tersebut. Misalnya : instruksi atau peraturan tidak membuang sampah disembaerang tempat, dan ancaman hukuman atau denda jikatidak mentaatl.

b. menakut-nakuti tentang bahaya yang mungkin akan diderita kalau tidak mengerjakan apa yang dianiurkan Misal: menyampaikan kepada ibu-ibu bahwa anaknya bisa mati kalau tidak diberi oralit waktu mencret

2. Dengan memberi imbalan.

Imbalan bisa berupa materi seperti uang atau barang, tetapi blsa juga imbalan yang tidak berupa materi, seperti pujian, dan sebagainya.
Contoh:

- kalau ibu-ibu mau menjadi akseptor KB akan diberi hadiah berupa Tabanas (ini imbalan materi)

- kaiau ibu-ibu menjadi akseptor K B lestari akan diberi kesempatan menghadap Presiden di Istana Negara( ini imbalan non materl).

- kalau ibu-ibu membawa anaknya ke Posyandu untuk ditimbang dan diimunisasi, maka anaknya akan sehat, (ini juga imbalan non materi)
Dalam hal ini orang berbuat sesuatu karena terdorong atau tertarik oleh imbalan tersebut, bukan karena kesadran atau keyakinan akan manfatnya

3. Dengan membina hubungan baik.

Kalau kita mempunyai hubungan yang baik dengan seseorang atau dengan masyarakat. biasanya orang tersebut atau masyarakat akan mengikuti anjuran kita untuk berbuat sesuatu, karena ingin memelihara hubungan baiknya dengan kita. Misal:Pak Lurah membuat jamban karena tidak ingin mengecewakan petugas kesehatan yeng sudah dikenalnya dengan baik Jadi bukan karena kesadarannya
akan pentingnya jamban tersebut.


4. Dengan menunjukkan contoh-contoh.

Salah satu sifat manusia ialah ingin meniru Karena itu usahakanlah agar Puskesmas dengan lingkungannya bersih, para petugas nampak bersih, rapi dan ramah. Selain itu, para petugas juga berperilaku sehat. misalnya tidak merokok, tidak meludah disembarang tempat, tidak membuang sampah sembarangan, dan sebagainya. Dibeberapa tempat disediakan tempat sampah agar orang juga tidak membuang sampah sembarangan. Dengan contoh seperti ini biasanya orangakan ikut berbuat yang serupa yaitu berperilaku sehat

5. Dengan memberikan kemudahan.

Misalnya kita ingin agar masyarakat memanfaatkan Puskesmas, maka Puskesmas didekatkan kepada masyarakat, pembayarannya dibuat sedemikian hingga masyarakat. mampu membayar pelayanannya yang baik dan ramah, tidak usah menunggu lama. dan sebagainya. Semua ini merupakan kemudahan bagi masyarakat, maka diharapkan masyarakat akan tergerak untuk memanfaatkan Puskesmas. ltulah sebabnya mengapa Puskesmas berlokasi dekat dengan masyarakat, ditambah pula dengan Puskesmas Pembantu dan Puskesmas keliling.

6. Dengan menanamkan kesadaran dan motivasi

Dalam hal ini individu, kelompok, maupun masyarakat, diberi pengertian yang benar tentang kesehatan. Kemudian ditunjukkan kepada mereka baik secara langsung ataupun tidak langsung, yaitu misalnya melalui film, slide, photo, gambar, atau ceritera, bagaimana bahayanya perilaku yang lidak sehat , dan apa untungnya kalau berperilaku sehat. Hal ini diharapkan akan bisa membangkitkan keinginan mereka untuk berperilaku hidup sehat Selanjutnya berkali-kali
disampaikan ataupun ditunjukkan kepada mereka bahwa telah makin banyak orang yang berperilaku sehat tersebut dan sekaligus ditunjukkan atau disampaikan pula keuntungan-keuntungannya, hingga mereka akan tergerak untuk berperilaku sehat.
Cara ini memang memakan waktu lama untuk bisa dilihat hasilnya, tetapi sekali berhasil. maka ia akan bertahan lebih lama dibandingkan dengan cara cara lainnya.









Sumber:

1. 2004 Digitized by USU digital library : PENGARUH PEER EDUCATION TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA DALAM MENANGGULANGI HIV/AIDS DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA JULIANDI HARAHAP LITA SRI ANDAYANI Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

2. Materi Kuliah Anthropologi Kesehatan : CARA PENDEKATAN SOSBUD, Syamsuddin Alan, SH., M.Kes. Jurusan Kebidanan Poltekkes Banjarmasin

3. Gambaran pengetahuan keluarga tentang pencegahan dan penanggulangan penyakit kusta di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Arifin, S.Kep, 2007, STIKES Muhammadiyah Banjarmasin.

4. Buku Paket Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Bagi Pekarya Kesehatan, Pusdiknakes, Depkes RI, Jakarta, 1986
Get Flash to see this player.

Minggu, 18 Oktober 2009

tugas askeb

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR
PADA BAYI NY. ..... LAHIR JAM.........
di BPS ................................
Tahun 2009

I. PENGKAJIAN
Tanggal: ……….. Jam: …………….

A. Anamnesa

1. Pengkajian biodata yaitu nama klien/ bayi, jenis kelamin, tanggal lahir dan tanggal masuk RS/ Ruang Perinatologi, umur bayi, dinyatakan langsung ke orang tua/ keluarga dan melihta data dicatatan medis RS. (Varney, 1997).
a) Nama
b) Tgl. Lahir
c) Jam
d) Tempat Lahir
e) Jenis Persalinan
f) Jenis Kelamin
Sama halnya dengan umur bayi, yaitu untuk menentukan pemeriksaan dan diagnose.
g) Umur bayi
Untuk menentukan pemeriksaan atau tindakan yang akan dilakukan dan untuk menegakkan diagnose.

2. Biodata Orang tua
a) Nama ibu

b) Umur
Umur ibu untuk menentukan apakah ia hamil terlalu tua atau terlalu muda. Menurut wiknjosastro (1997), umur ibu kurang dari 20 tahun, lebih dari 35 tahun merupakan factor predisposisi kelahiran premature. Selain itu mongolisme lebih sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mendekati masa menopause. Sedangkan menurut manuaba (2001), semakin tua menjadi hamil, semakin besar pula kemungkinan menderita kelainan congenital, diantaranya sindrom down.
c) Agama

d) Suku/ Bangsa
Pertumbuhan somatic juga dipengaruhi oleh ras atau suku bangsa. Bangsa kulit putih atau ras Eropa mempunyai pertumbuhan somatic yang lebih tinggi dibandingkan bangsa Asia.

e) Pendidikan
Ditanyakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan orang tua. Tingkat pengetahuan tersebut mempengaruhi sikap atau perilaku kesehatan seseorang.Menurut wiknjosastro (1997), tingkat pengetahuan ibu yang rendah memperbesar kematian perinatal.

f) Pekerjaan
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan orang tua terhadap permasalahan kesehatan yang mungkin terjadi pada bayi.

g) Alamat
Ditanyakan dengan maksud untuk mempermudah hubungan bila diperlukan dalam keadaan mendesak. Dengan diketahui alamat tersebut, maka bidan mampu mengetahui tempat tinggal orang tua bayi dan lingkungannya.

3. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Ibu
Ibu menyatakan belum pernah /tidak sedang menderita kronis, infeksi dan penyakit menular, tidak ada riwayat keturunan kembar.

Riwayat kesehatan dan kebiasaan ibu, ditanyakan langsung kepada klien dan keluarganya, antara lain:
-Kardiovaskular: jantung,hipertensi,stroke
-Darah: anemia,gangguan pembekuan darah
-Sistem pernafasan: asma,TBC
-Sistem endokrin: DM, pemyakit tiroid/kelenjar gondok
-Sistem urogenital: ISK,infeksi ginjal,PMS
-Hepar: hepatitis B
-Sistem saraf: Epilepsi,kejang non epilepsi
-Sistem imun: alergi obat/makanan
-Infeksi lain: malaria
-Sistem Reproduksi: tumor,kanker organ reproduksi
-Penyakit jiwa: Depresi kecemasan berat

b) Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari pihak istri/ suami tidak ada yang menderita penyakit kronis, infeksi dan penyakit menular, tidak ada riwayat keturunan kembar.
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan bayi. Misalnya, dalam keluarga ada yang menderita penyakit menular ada yang menderita TBC atau adanya riwayat penyakit keturunan seperti asma yang dapat mengganggu kesehatan bayi.

4. Riwayat Perkawinan Orang Tua
-Bayi lahir dalam status perkawinan ( sah/ tidak sah).
-Orang tua menikah ( berapa kali)
-lama perkawinan
-usia ibu saat menikah
-usia ayah saat menikah
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh status perkawinan terhadap masalah kesehatan bayi . Apakah bayi dilahirkan dalam status perkawinan yang sah ataukah bayi yang tidak diharapkan karena lahir di luar nikah.

5. Riwayat obstetri
a) Riwayat kehamilan,persalinan dan nifas yang lalu
Ditanyakan kepada klien tentang :
Th
Kehamilan
Persalinan
Nifas
H/M,Sehat / sakit, umur, meneteki, lamanya
ANC
Masalah
UK
Jenis persalinan
Penolong
L/P+ BB
Penyulit

b) Riwayat kehamilan sekarang
Hal ini harus di kaji yaitu tentang bagaimana perjalanan kehamilan yang terakhir ini.apakah ada masalah yang terjadi selama kehamilan misalnya eklamsi,pre-eklamsi,kelainan letak,perdarahan abnormal. Dalam poin ini juga harus ada riwayat ANC nya.

c) Riwayat persalinan sekarang
Pada riwayat persalinan ini yaitu berupa ringkasan dari mulai ibu datang sampai 2 jam postpartum

1) Tanggal, hari, jam ibu datang

2) Keluhan ibu saat datang, misalnya kenceng-kenceng

3) Kapan dilakukan VT dan harus dicantumkan hasilnya: yang meliputi: VUV, portio, pembukaan serviks, penipisan serviks, keadaan kandung kemih, presentasi, serta molase.

4) Kapan bayi lahir, berat badan, panjang badan, jenis kelamin, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan

5) kapan plasenta lahir, bagaimana proses keluarnya (spontan/ manual plasenta), jumlah kotiledeon, panjang tali pusat, jenis insersi, dan beratnya.
Dikaji untuk mengetahui berapa usia kehamilan ini,berapa tahun jarak antara kelahiran ini dengan kelahiran sebelumnya,dimana tempat melahirkan,dimana lamanya melahirkan,cara melahirkan (spontan),juga riwayat anak yang dilahirkan mencakup : berat bayi sewaktu lahir,kelainan bawaan bayi,jenis kelamin bayi dan status bayi yang dilahirkan (hidup atau mati)
IDAI (2002) menjelaskan bahwa factor – factor resiko asfiksia neonatorum pada saat persalinan yaitu yaitu resiko sesaria ,persalinan forsep atau vakum,presentasi bokong atau abnormal lainnya ,persalinan kurang bulan,persalinan presipitatus,persalinan lama (>24 jam),kala II lama (2jam), janin badikardia,pola denyut jantung janin abnormal,anastesi umum, pemberian narkotika dalam jangka waktu 4 jam sebelum persalinan ,air ketuban bercampur mekonium,solutio plasenta dan plasenta previa.
Menurut jumiarni (1995), pada periode intranatal masalah bayi disebabkan oleh adanya infeksi dan perlukaan saat lahir.Lebih lanjut Jumarni menjelaskan,bahwa dibanding dengan cara lain ,infeksi pada periode intranatal lebih sering terjadi. Kuman menulari janin dengan cara kontak langsung dengan daerah – daerah yang sudah dicemari kuman,misalnya:
1) Pada keadaan ketuban pecah dini ,kuman dari vagina masuk kedalam rongga amnion.

2) Partus lama dan sering dilakukan pemeriksaan vaginal yang tidak memperhatikan teknik aseptic dan anti septic memungkinkan masuknya kuman ke rongga vagina dan kemudian ke dalam rongga amnion

3) Pada ibu yang menderita gonorea ,kuman menulari janin pada saat janin melalui jalan lahir.

4) Pemotongan tali pusat yang tidak memperhatikan teknik aseptic dan antiseptic memungkinkan kuman masuk melalui tali pusat dan bayi akan menderita tetanus neonatorum.

Masih menurut Jumiarni,masalah yang diakibatkan oleh perlukaan kelahiran dapat diuraikan menurut macam jaringan yang mengalami kerusakan,seperti :
(a) Perlukaan jaringan lunak
Hal ini terjadi pada persalinan yang mengunakan alat seperti cunam dan forsep serta karena bayi mengalami tekanan yang kuat pada waktu dilahirkan ,terutama pada persalinan lama.Perlukaan dapat berupa : eritema , petekie dan ekimosis pada perlukaan kulit, caput succedaneum, hematomasefalika, nekrosis kulit dan lain – lain

(b) Perlukaan susunan saraf .
Perlukaan ini timbul akibat adanya tekanan atau tarikan yang kuat pada daerah tertentu yang terdapat susunan saraf misalnya : daerah leher,muka, ketiak , tulang belakang, dll.Perlukaan dapat mengakibatkan : brachial palsi (kelumpuhan daerah lengan atas ), facial palsi (kelumpuhan pada daerah muka ), Paralisis saraf frenikus (kelumpuhan cabang saraf leher ), kerusakan medulla spinalis (kerusakan di daerah sum – sum tulang belakang, paralisis pita suara ,dll.

(c) Perdarahan Intrakranial.Kelainan ini sering ditemukan pada persalinan dengan CPD dan janin dipaksakan untuk lahir pervaginam.Selain itu juga ditemukan pada keadaan janin yang hipoksia atau asfeksia oleh berbagai sebab.

(d) Patah tulang. Dapat terjadi apabila terdapat kesulitan atau kesalahan teknik dalam melahirkan anggota gerak bayi.

d) Riwayat persalinan terakhir
Ibu merasakan mules dan his teratur dan mengeluarkan lendir darah dari vagina sejak tanggal ................... jam ...........
Bayi lahir ( spontan, vacum, sc) di ( rumah, rumah sakit, BPS) ditolong oleh ( bidan, dokter, dukun). Refleks bayi : ( bayi segera menangis, gerakan aktif, dan seluruh tubuh kemerahan. Umur kehamilan ( umur kehamilan pada saat persalinan).

6. Data psikososial
Yang di kaji dan di dokumentasikan pada riwayat psikologi ibu ini yaitu tentang respon atau penerimaan dari ibu terhadap bayinya,yaitu apakah ibu menerima atau menolaknya.Mengapa hal ini harus di kaji karena hal ini sangat berhubungan dengan kesejahteraan bayinya
Bayi dilahirkan dari perkawinan yang sah dan sangat diharapkan oleh orangtua.
Dalam keluarga tidak ada masalah.

7. Data Spiritual
Bayi dilahirkan dalam lingkungan yang agamis, atau dalam keluarga yang masih memegang teguh adat istiadat.

8. Pola kebiasaan sehari-hari
a) Pola nutrisi
Minum:ASI :…….X…..perhari………..ml/hari
menurut Akre rata-rata kebutuhan air pada bayi adalah : usia 3 hari 80-100 ml/kg BB, usia 10 hari 125-150 ml/kg BB, usia 3 bulan 140-160 ml/kg BB.
Bayi menetek dengan lemah atau kuat
ASI : belum keluar, keluar belum lancar, sudah keluar lancar

b) Pola eliminasi
BAB :…………X ………….Perhari,Warna……….
frekuensi , bentuk dan warna mekonium : ....... ( hitam pekat, hijau, merah), waktu .......
BAK :…………X …………Perhari,Warna………..
frekuensi , waktu

c) Pola istirahat
Tidur siang :…………………..Jam
Tidur malam :…………………Jam
Masalah :………..
Sejak bayi dilahirkan , bayi langsung tidur dan sekalipun terbangun jika menetek, BAB, atau BAK.

d) Personal hygiene
Mandi :…………..X/hari
Ganti pakaian bayi :…………….X………….ganti popok……Xsehari
Bayi sudah dimandikan jam ..... , setiap BAK, pakaian bayi kotor atau basah pakaian bayi selalu diganti.

9. Data pengetahuan
a) Ibu sudah mengetahui cara menyusui yang baik
b) Ibu sudah mengetahui tentang imunisasi dasar pada bayi yang tepat
c) Ibu sudah mengetahui tentang nutrisi yang baik untuk bayi
B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
a) Suhu
Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan pada axilla atau pada rectal. Hasil pengukuran pada axilla biasanya lebih rendah daripada hasil pengukuran perrektal. ( Jumiarni, 1995 ). Suhu tubuh yang normal menurut Hamilton ( 1995 ) dan PUSDIKNAKES-WHO-JHPIEGO ( 2003 ), yaitu 36,5-37,2 0C. sedangkan menurut jumarni ( 1995 ) suhu tubuh normal pada bayi baru lahir yaitu 36,5-37 0C. Sementara itu, Doenges ( 2001 ) menjelaskan suhu normal pada BBL yaitu 36,5 – 37,5 0C.

b) Nadi
Denyut nadi yang normal pada BBL menurut Hamilton ( 1995 ) adalah 120-150 kali/menit, bayi dan terbantung pada aktifitas. Sedangkan menurut Doenges ( 2001 ) nadi normal pada BBL yaitu 110-180 kali/menit. Pendapat lain disampaikan PUSDIKNAKES-WHO-JHPIEGO ( 2003 ), nadi bayi normal yaitu 120-160 kali/ menit. ( Jumiarni, dkk, 1995 )

c) Pernafasan
Menurut Jumarni ( 1995 ) bayi normal mulai bernafas 30 detik sesudah lahir. Pernafasan dihitung dengan melihat gerakan bernafas pada dada atau perut. Selanjutnya, Hamilton ( 1995 ) ; Jumiarni ( 1995 ); Doenges ( 2001 ), pernafasan yang normal pada neonatus adalah dari 30-60 kali/menit. Lebih lanjut, Doenges ( 2001) menjelaskan bahwa perlu diperhatikan adanya pernafasan cuping hidung, pernafasan mendengkur, krekels atau ronchi. Pendapat berbeda disampaikan PUSDIKNAKES-WHO-JHPIEGO ( 2003 ) bahea pernafasan normal pada BBL berkisar antara 40-60 kali/menit.

2. Antopometri
Menurut Jumiarni ( 1995 ) pengukuran pada bayi meliputi lingkar kepala ( LK ), lingkar lengan ( LL ) dan panjang badan ( PB ). Sedangkan menurut Hamilton ( 1995 ), pengukuran tubuh saat lahir adalah sebagai berikut : lingkar kepala, lingkar dada, dan panjang badan.
a) Berat badan
Menurut Akrie tidak dianjurkan melakukan penimbangan Berat badan setiap sebelum dan sesudah menyusui. Penimbangan setiap haripun dilakukan hanya pada hari-hari pertama kehidupan untuk memantau asupan ASI. Dan bila perlu penimbangan mingguan dilakukan untuk mendeteksi permasalahan gizi dan untuk melakukan tindak lanjut sedini mungkin. Menurut Jumiarni ( 1995 ) dan Doenges ( 2001 ) ; PUSDIKNAKES-WHO-JHPIEGO ( 2003 ), berat badan (BB) normal pada BBL yaitu 2500-4000 gram. sedangkan menurut Hamilton ( 1995 ) BB normal BBL berkisar 2700-4000 gram.
Menurut Doenges ( 2001 ), pada BBL terjadi penurunan BB awal sekitar 5-10 %. Sedangkan pendapat Akrie ( 1994 ), kehilangan BB sebesar 5-8 %. Pada BBL biasanya terjadi pada beberapa hari pertama kehidupan

b) Panjang badan
Menurut Jumiarni ( 1995 ) pengukuran panjang badan diukur dari puncak kepala sampai ke tumit, ukuran normalnya yaitu 48-50 cm. sedangkan menurut Hamilton ( 1995 ) ukuran normal panjang badan yaitu 48-53 cm. sementara itu. Doenges ( 2001 ) menyebutkan panjang badan normal BBL yaitu 44-55 cm.

c) Lingkar dada
Menurut Jumiarni ( 1995 ), lingkar dada diukur dari dada ke daerah punggung kembali ke dada melalui putting susu, normalnya 32-34 cm. Sedangkan menurut Hamilton ( 1995 ), ukuran normalnya 30,5-33 cm.

d) Lingkar Kepala
Menurut Hamilton ( 1995 ), ukuran normal lingkar kepala pada BBL yaitu 31-35 cm. Sedangkan menurut Doenges ( 2001 ) lingkar kepala normal BBL yaitu 32-37 cm. Sementara itu. Menurut Jumiarni ( 1995 ) lingkar kepala dibagi menjadi beberapa, antara lain cirkumferentia fronto-ocipitalis 34 cm, cirkumferentia mento occipitalis 35 cm, cirkumferentia suboccipito-bregmatika 32 cm, dan cirkumferentia submento-bregmatika 32 cm.
e) Lingkar Lengan
Menurut Jumiarni ( 1995 ), pengukuran lingkar lengan dilakukan pada daerah lengan atas. Ukuran normalnya yaitu 10-11 cm.

3. Pemeriksaan Fisik Bayi
a) Kepala
Ubun-ubun : terdapat dua ubun-ubun yaitu ubun-ubun besar (UUB) dan ubun-ubun kecil (UUK) yang pemeriksaannya harus dengan palpasi, kadang-kadang terdapat daerah yang lunak pada tulang parietal dekat sutura ( kraniotabes ) yang biasanya akan hilang sendiri. Sutura merupakan lekukan atau garis yang menghubungkan antar tulang kepala. Moulage adalah tulang parietal yang saling berhimpitan ataupun saling menumpuk dengan tulang oksipital dan frontal yang akan menghilang sendiri setelah beberapa hari setelah lahir.

b) Mata
Dikaji adanya tanda-tanda infeksi, contohnya pus. Observasi lebih ditekankan pada konjunctiva, apakah pucat, kering atau tampak bitot.

c) Hidung
Dikaji adanya tanda-tanda infeksi, contohnya pus. Observasi lebih ditekankan pada konjunctiva, apakah pucat, kering atau tampak bitot.

d) Mulut
Observasi bibir dan rongga mulut, apakah bibir kering atau pucat. Bibir dan langit-langit periksa adanya sumbing. Reflek hisap dinilai dengan mengamati bayi pada saat bayi menyusu.

e) Telinga
Periksa dalam hubungan letak dengan mata dan kepala. Menurut Doenges ( 2001 ), telinga yang normal bagian atas telinga harus sejajar dengan bagian dalam dan luar kantung mata ( telinga yang tersusun rendah menunjukkan abnormalitas genetic ).
f) Leher
Periksa adanya pembengkakan atau benjolan

g) Dada
Bentuk, putting, bunyi nafas, dan bunyi jantung harus dikaji dalam pemeriksaan ini. Pernafasan BBL biasanya diafragmatik, suara pernafasan broncovesikuler. Kadang-kadang dapat didengar ronkhi pada akhir inspirasi yang panjang ( misalnya pada waktu menangis ). Batas jantung agak sukar ditentukan secara perkusi karena variasi bentuk dada. Seringkali terdengan murmur, tetapi ini bukan berarti adanya kelainan jantung congenital.

h) Perut
Bentuk, penonjolan sekitar tali pusat saat menangis, perdarahan tali pusat, lembek, ( pada saat tidak menangis ), dan benjolan. Hepar biasanya teraba, kadang-kadang Lien dan ginjal juga dapat teraba. Bila teraba tumor lain, perlu dilakukan pemeriksaan radiologis.

i) Genetalia
Pada bayi laki-laki pertama harus dikaji bagaimana keadaan skrotum apakah sudah turun atau belu. Kedua dikaji adakah kelainan bawaan pada alat kelamin tersebut. Ketiga periksa anus adakah kelainan bawaan atau tidak (atresia ani atau tidak). Pada bayi perempuan yang pertama diperiksa yaitu apakah vaginanya berlubang atau tidak, kemudian keadaan labia mayor dan labia minor dan yang terakhir yaitu anus (atresia ani atau tidak).

j) Punggung
Pembengkakan atau ada cekungan

k) Kulit
Terdapat verniks kaseosa, warna kulit kemerahan, tak ada pembengkakan atau bercak-bercak kehitaman, dan tanda lahir.

l) Sistem syaraf
Yang harus dikaji atau didokumentasikan adalah semua refleks pada bayi. Yang meliputi:
Refleks berkedip
Refleks rooting
Refleks menelan
Refleks ekstrusi
Refleks moro
Refleks melangkah
Refleks merangkak
Refleks tonik leher/fencing
Refleks terkejut
Refleks ekstensi silang
Refleks glabellar “blink”
Reflaks palmar graps
Refleks plantar grap
Refleks babinski

m) Ekstremitas
Yang perlu diketahui pada daerah ekstremitas yaitu apakah dapat bergerak dengan normal, tidak ada paralisis, dipegang tidak sakit karena fraktur dan apakah ada cacat bawaan misalnya syndactily atau polidactili Ibrahim (1993).Normal jumlah jari pada tiap ekstremitas adalah lima.

n) APGAR Score
Untuk mengetahui tingkat asfiksi yang dialami dan kemudian menentukan tindakan/ pertolongan yang sesuai, yaitu dengan menjumlahkan nilai yang diperoleh sesuai keadaan.
Nilai apgar 1 menit : lebih/ sama dengan 7 tidak perlu resusitasi
Nilai apgar 1 menit : 4 – 6 perlu bag and maskventilation
Nilai apgar 1 menit : 0 – 3 lakukan intubasi
Tabel Apgar (NA)

0
1
2
NA
1
2
Appearance (warna kulit)
Pucat
Badan merah, ekstremitas biru
Seluruh tubuh kemerahan

Pulse rate (frequensi nadi)
Tidak ada
Kurang dari 100
Lebih dari 100


Grimace (reaksi rangsangan)
Tidak ada
Sedikit gerakan mimik (grimace)
Batuk/ bersin


Activity (tonus otot)
Tidak ada
Ekstremitas sedikit flexi
Gerakan flexi


Respiration (pernafasan)
Tidak ada
Lemah/ tidak teratur
Baik/ menangis


II. INTERPRETASI DATA UNTUK MENGIDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosa dan kebutuhan klien berdasarkan data – data yang telah dikumpulkan.
Bayi fisiologis lahir Ny. .............. umur ...............
Data Dasar
Bayi Lahir tanggal ...................... pkl....................
Data subjektif : Umur Kehamilan.........................
Data objektif : Apgar score...................
Tanda Vital...................
Masalah: (masalah yang terjadi pada bayi baru lahir)
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Pemenuhan Kebutuhan Personal Hygine
Misal:
a. Diagnosa
Pada bayi baru lahir fisiologis , diagnosa yang muncul adalah Bayi baru lahir normal usia satu jam dengan data dasar :
1. Bayi lahir tanggal
2. Umur kehamilan 37 – 42 minggu
3. Apgar score 7 – 10
4. Tali pusat basah/segar
5. Pada kulit terdapat verniks caseosa
6. Berat badan 2500 – 4000 gram
7. Vital sign : R :30-50 x/menit, N :120-140x/menit, S:36,5oC – 37,5oC.

b. Masalah
1. Diagnosa masalah atau kebutuhan yang timbul antara lain :
a). Masalah pengaturan suhu tubuh/ thermoregulasi
Bayi baru lahir memiliki kecenderungan cepat menjadi stress akibat perubahan suhu lingkungan terutama bayi dengan berat badan lahir rendah, karena sistem thermoregulasi yang belum sempurna dan juga cadangan lemak coklat (brown fat) yang dimiliki hanya sedikit sekali. Data dasar yang dapat ditunjukkan untuk mendukung masalah di atas antara lain : suhu perectal yang diukur secara kontinyu, inspeksi warna kulit (pucat, kebiruan/ sianosis), palpasi kulit : terutama daerah akral (dingin atau hangat).

b).Gangguan pada fungsi hati
Dapat ditunjukkan melalui adanya ikterus, warna kulit, warna sklera

c). Gangguan kebutuhan nutrisi
Masalah ini dapat timbul akibat refleks siap dan telan yang masih lemah pada bayi prematur.

d). Kebutuhan pemenuhan nutrisi
Kebutuhan ini dapat dicantumkan karena pada keadaan atau fase tertentu pada bayi baru lahir (misalnya pada bayi prematur atau pada periode tidur yang responsif 6 jam pertama kehidupan ekstra uteri). Bayi akan lebih banyak tidur sehingga apabila kebutuhan nutrisi yang tidak dikontrol dapat mengakibatkan kekurangan kebutuhan nutrisi yang dapat ditandai dengan hipoglikemi atau penurunan berat badan fisiologis lebih dari 10%.
e).Kebutuhan pemenuhan personal hygiene sehari-hari Kebutuhan pemenuhan personal hygiene dapat muncul dengan didukung oleh data seperti : adanya lanugo yang banyak, verniks kaseosa pada kulit terutama daerah lipatan, bayi sudah BAK dan BAB atau keadaan kulit yang kotor.

III. MENGIDENTIFIKASI DIAGNOSA MASALAH POTENSIAL DAN MENGANTISIPASI PENANGANANNYA

Mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila mungkin dilakukan upaya pencegahan. Sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnose atau masalah potensial benar-benar terjadi. Pada BBL fisiologis, tidak terdapat diagnose potensial.
Hal- hal yang kemungkinan dapat terjadi meluhat dari data-data yang sudah diperoleh, antara lain;
a) Hipotermi
b) Hipoglikemi
c) perdarahan tali pusat
d) infeksi

Tindakan yang dilakukan
A. Pencegahan Hipotermi
1.Tempatkan bayi di ruangan yang hangat
2.Segera keringkan bayi dengan handuk yang kering dan bersih
3.Bungkus dengan kain kering dan hangat, beri tutup kepala, kaos tangan dan kaki
4.Menunda memandikan bayi sampai suhu stabil / 6 jam setelah lahir
B. Pencegahan Hipoglikemi
1.Memberi ASI sedikit sedikit sesering mungkin
2.Memberikan infus glukosa 10 % sebanyak 60-80 ml / kg BB / hr
C. Perdarahan Tali Pusat
1.Jepit tali pusat dengan penjepit tali pusat
2.Observasi jepitan tali pusat
3.Pemberian vitamin K per oral 1 mg / hr selama 3 hari


D. Pencegahan Infeksi
1.Perawatan tali pusat dengan kasa steril
2.Pemberian tetes mata eritromisin 0,5 % segera setelah lahir

IV MENETAPKAN KEBUTUHAN TERHADAP TINDAKAN SEGERA UNTUK MELAKUKAN KONSULTASI KOLABORASI

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dikonsultasikan dan ditangani secara bersamaan dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien.

V MENYUSUN RENCANA ASUHAN

Rencana (planning) yang akan dilakukan sesuai dengan situasi klien.
Pada langkah ini direncanakan asuhan secara komprehensif yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya dengan penjelasan rasional. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasikan atau diantisipasi. Rencana tindakan asuhan pada BBL fisiologis adalah sebgai berikut :
1.Observasi keadaan umum dan tanda vital
2.Stabilisasi temperatur
3.Rangsangan taktil
4.Pemberian ASI dini dan eksklusif
5.Penilaian reflek
6.Pemberian imunisasi
7.Memberikan KIE laktasi
8.Memberikan KIE imunisasi

VI.PELAKSANAAN LANGSUNG ASUHAN SECARA EFISIEN DAN AMAN

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian oleh anggota tim kesehatan lainnya. Pelaksanaan sesuai dengan rencana tindakan sesuai dengan kondisi pasien.


VII.MENGEVALUASI KEEFEKTIFAN ASUHAN YANG DIBERIKAN

Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang telah diberikan. Hasil dari evaluasi akan digunakan sebagai data awal untuk menyusun langkah-langkah berikutnya, terutama bila terdapat diagnosa yang belum teratasi dengan tindakan yang telah diberikan. Evaluasi dilakukan dengan SOAP.
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan bayi berdasarkan pelaksanaan rencana tindakan dengan langkah SOAP
SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan tertulis. Seorang bidan hendaknya menggunakan SOAP setiap kali bertemu dengan klien.
Metode 4 langkah yang dnamakan SOAP ini didapatkan dari proses pemikiran penatalaksanaan kebidanan. Dipakai untuk mendkumentasikan asuhan klien dalam rekam medis klien sebagai catatan kemajuan.

S : Subyektif :Apa yang dikatakan klien tersebut

O: Obyektif :Apa yang dilihat dan dirasakan oleh bidan sewaktu melakukan pemeriksaan,hasil pemeriksaan laboratorium

A: Analisa : Kesimpulan apa yang dibuat dari data-data subyektif atau obyektif tersebut

P: Plan : Apa yang diilakukan berdasarkan hasil pengevaluasian tersebut diatas.

SOAP dilakukan setiap kali melakukan pemeriksaan. Pada neonatus sebanyak 6 kali, yaitu usia 1 jam, 24 jam pertama, hari kedua, 1 minggu, 2 minggu, dan 4 minggu

Jumat, 16 Oktober 2009

Menopause

TUGAS PROMOSI KESEHATAN
MENOPAUSE


DI SUSUN OLEH


DINA AMALIA R.
IKE PUJI M.
NIDA RIZQINA
RUSDA M.
WATI YULIANTI

KELAS : A
SEMESTER : III




AKADEMI KEBIDANAN SARI MULIA
BANJARMASIN
2009




BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Banyak perempuan yang tidak menyadari dirinya mengalami menopause, karena tidak memiliki informasi soal menopause. Sehingga untuk menghilangkan gangguan yang dirasakan, mereka mengobatinya secara simptomatik atau berdasarkan apa yang dirasakan. Biasanya kaum perempuan minum obat pusing karena merasa pusing. Minum obat rematik atau obat pegal karena seluruh badan terasa pegal dan celakanya juga minum obat tidur karena sulit tidur. Padahal segala keluhan muncul karena tubuh sudah tidak memproduksi hormon estrogen lagi. Selain itu minum berbagai macam obat yang memiliki efek samping ke ginjal. Kebanyakan wanita menopause sering mengalami depresi dan kecemasan dimana kecemasan yang muncul dapat menimbulkan insomnia atau tidak bisa tidur. Setiap orang mempunyai keyakinan dan harapan yang berbeda-beda. Karena perbedaan itu maka tidak ada dua orang yang akan memberikan reaksi yang sama, meskipun tampaknya mereka seakan-akan bereaksi dengan cara yang sama. Situasi yang membuat cemas adalah situasi yang mengandung masalah tertentu yang akan memicu rasa cemas dalam diri seseorang dan tidak terjadi pada orang lain. (Tallis, 1995)
Kartono (1992), mengemukakan perubahan-perubahan psikis yang terjadi pada masa menopause akan menimbulkan sikap yang berbeda-beda antara lain yaitu adanya suatu krisis yang dimanifestasikan dalam simtom-simtom psikologis seperti: depresi, mudah tersinggung, dan mudah menjadi marah, dan diliputi banyak kecemasan. Adanya perubahan fisik yang terjadi sehubungan dengan menopause mengandung arti yang lebih mendalam bagi kehidupan wanita. Berhentinya siklus menstruasi dirasakan sebagai hilangnya sifat inti kewanitaannya karena sudah tidak dapat melahirkan anak lagi. Akibat lebih jauh adalah timbulnya perasaan tak berharga, tidak berarti dalam hidup sehingga muncul rasa khawatir akan adanya kemungkinan bahwa orang-orang yang dicintainya berpaling dan meningggalkannya. Perasaan itulah yang seringkali dirasakan wanita pada masa menopause, sehingga sering menimbulkan kecemasan. (Muhammad,1981).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan menghadapi menopause adalah perasaan gelisah, khawatir dari adanya perubahanperubahan fisik, sosial maupun seksual sehubungan dengan menopause.
Masa menopause merupakan fase yang selalu terjadi pada wanita yang menginjak umur 44 tahun dan ditandai dengan berhentinya haid. Terkadang wanita belum siap untuk menghadapi masa ini karena mereka selalu beranggapan bahwa seorang wanita yang telah mendapatkan/ mengalami menopause gairah seksualnya juga akan menurun. Dan hal ini yang dikhawatirkan oleh pasangan suami istri pada umumnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan apa yang dikemukakan dalam latar belakang maka penulis menarik suatu rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan menopause?
2. Apa yang menyebabkan terjadinya menopause?
3. Apa saja tanda dan gejala-gejala menopause?
4. Bagaimana cara memperlambat datangnya menopause?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Kami mengangkat makalah tentang menopause adalah untuk menambah pengetahuan mengenai menopause.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian menopause
b. Mengetahui penyebab terjadinya menopause.
c. Mengetahui tanda dan gejala-gejala menopause.
d. Mengetahui cara memperlambat datangnya menopause.
D. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan kebidanan.
2. Bagi Masyarakat
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pembaca sehingga dapat mengetahui tanda dan gejala menopause dan bagaimana cara mencegah menopause dini.


BAB II
PEMBAHASAN ISI

A. Pengertian Menopause
Menopause atau ketuaan bukanlah mitos. Keduanya merupakan kenyataan. Pengalaman perempuan dengan kedua kenyataan tersebut apakah penuh penderitaan atau tidak, tergantung bagaimana perasaan perempuan mengenai
dirinya sendiri.
Kata menopause berasal dari bahasa Yunani yang berarti “bulan” dan “penghentian sementara”. Berdasarkan definisinya, kata menopause itu berarti masa istirahat. Sebenarnya secara linguistik, istilah yang lebih tepat adalah menocease yang berarti berhentinya masa menstruasi. Menopause ialah haid terakhir atau saat terjadinya haid terakhir. Diagnosis menopause dibuat setelah terdapat amenorhea sekurang-kurangnya satu tahun. Berhentinya haid dapat didahului oleh siklus haid yang lebih panjang dengan pendarahan yang berkurang. Umur waktu terjadinya menopause dipengaruhi oleh keturunan, kesehatan umum, dan pola kehidupan. Menopouse rupanya ada hubungannya dengan menarch. Makin dini menarch terjadi, makin lambat menopause timbul; sebaliknya makin lambat menarch terjadi, makin cepat menopause timbul. Pada abad ini umumnya nampak bahwa menarch makin dini timbul dan menopause makin lambat terjadi, sehingga masa reproduksi menjadi lebih panjang. Walaupun demikian di negara-negara maju rupanya menarch tidak lagi bergeser ke umur yang lebih muda, tampaknya batas maksimal telah tercapai. Menopause yang artificial karena operasi atau radiasi pada umumnya menimbulkan keluhan yang lebih banyak dibandingkan menopause alamiah.
Menopause adalah berhentinya secara fisiologis siklus menstruasi yang berkaitan dengan tingkat lanjut usia perempuan. Seorang wanita yang mengalami menopause alamiah sama sekali tidak dapat mengetahui apakah saat menstruasi tertentu benar-benar merupakan menstruasinya yang terakhir sampai satu tahun berlalu. Menopause kadang-kadang disebut sebagai perubahan kehidupan.
Ketika menopause sudah mendekat, siklus dapat terjadi dalam waktu-waktu yang tidak menentu dan bukan hal yang aneh jika menstruasi tidak datang selama beberapa bulan. Pada usia empat puluh tahun, beberapa perubahan hormon yang dikaitkan dengan pra-menopause mulai terjadi. Penelitian telah membuktikan, misalnya, bahwa pada usia empat puluh tahun banyak wanita telah mengalami perubahan-perubahan dalam kepadatan tulang dan pada usia empat puluh empat tahun banyak yang menstruasinya menjadi lebih sedikit atau lebih pendek waktunya dibanding biasanya, atau malah lebih banyak dan/atau lebih lama. Sekitar 80% wanita mulai tidak teratur siklus menstruasinya. Kenyataannya, hanya sekitar 10% wanita berhenti menstruasi sama sekali tanpa disertai ketidakteraturan siklus yang berkepanjangan sebelumnya. Dalam suatu kajian yang melibatkan lebh dari 2.700 wanita, kebanyakan di antara mereka mengalami transisi pra-menopause yang berlangsung antara dua hingga delapan tahun.
Kecuali jika seseorang mengalami menopause secara tiba-tiba akibat operasi atau perawatan medis, pra-menopase dapat dianggap sebagai akhir dari suatu proses yang awalnya dimulai ketika seorang perempuan pertama kali mengalami menstruasi. Periode menstruasi pertama itu biasanya diikuti dengan lima atau tujuh tahun siklus yang relatif panjang, tidak teratur dan sering tidak disertai pembentukan sel telur. Akhirnya pada akhir usia belasan atau awal dua puluhan, lamanya siklus menjadi lebih pendek dan lebih teratur ketika wanita mencapai usia subur puncak, yang berlangsung selama kira-kira dua puluh tahun.
Pada usia empat puluhan, siklus mulai memanjang lagi. Meskipun kebanyakan orang cenderung percaya bahwa dua puluh delapan hari merupakan panjang siklus yang normal, penelitian telah membuktikan bahwa hanya 12,4% wanita benar-benar mempunyai siklus dua puluh delapan hari dan 20% dari semua wanita mengalami siklus tidak teratur.

B. Penyebab Menopause
Untuk memahami mengapa terjadi menopause, mengapa dan bagaimana menopause itu mempengaruhi perempuan, pertama-tama kita harus memiliki pemahaman dasar tentang sistem endokrin perempuan. Sistem endokrin adalah sistem yang mengatur semua zat penting didalam tubuh perempuan yang dikenal sebagai hormon. Dua hormon penting yang dihasilkan perempuan adalah esterogen dan progesteron. Salah satu bagian tubuh perempuan yang menghasilkan hormon estrogen adalah indung telur. Keduanya berfungsi dan diperlukan untuk pelepasan jaringan dinding rahim. Meskipun saling berhubungan dan berkaitan satu sama lain, hormon-hormon ini berbeda.
Salah satu hal istimewa mengenai tubuh perempuan ialah jika salah satu organ melemah maka organ yang lain akan membantu. Itu pula yang terjadi dengan persediaan esterogen perempuan. Ketika indung telur, yang merupakan bagian tubuh yang berhubungan erat dengan produksi esterogen, kehilangan sel-selnya (sama halnya dengan bagian-bagian lain dari tubuh kita sejalan dengan bertambahnya usia) maka kelenjar-kelenjar adrenalin akan mengambil alih sebagian produksi. Oleh karenanya seorang perempuan yang mengalami menopause bukan berarti otomatis/ langsung menurun gairah seksualnya.
Dua hingga delapan tahun sebelum menopause, kebanyakan wanita menjadi tak teratur ovulasinya. Selama tahun-tahun tersebut, folikel indung telur (kantung indung telur), yang mematangkan telur setiap bulan, akan mengalami tingkat kerusakan yang semakin cepat hingga pasokan folikel itu akhirnya habis. Penelitian menunjukkan bahwa percepatan rusaknya folikel ini dimulai sekitar usia tiga puluh tujuh atau tiga puluh delapan. Inhibin, zat yang dihasilkan dalam indung telur, juga semakin berkurang sehingga mengakibatkan meningkatnya kadar FSH (Follicle Stimulating Hormone - hormon perangsang folikel yang dihasilkan hipofise).
Bertolak belakang dengan keyakinan umum, kadar estrogen perempuan sering relatif stabil atau bahkan meningkat di masa pra-menopause. Kadar itu tidak bekurang selama kurang dari satu tahun sebelum periode menstruasi terakhir. Sebelum menopause, estrogen utama yang dihasilkan tubuh seorang wanita adalah estradiol. Namun selama pra-menopause, tubuh wanita mulai menghasilkan lebih banyak estrogen dari jenis yang berbeda, yang dinamakan estron, yang dihasilkan di dalam indung telur maupun dalam lemak tubuh.
Kadar testoteron biasanya tidak turun secara nyata selama pra-menopause. Kenyataannya, indung telur pasca-menopause dari kebanyakan wanita (tetapi tidak semua wanita) mengeluarkan testoteron lebih banyak daripada indung telur pra-menopause. Sebaliknya, kadar progesteron benar-benar mulai menurun selama pra-menopause, bahkan jauh sebelum terjadinya perubahan-perubahan pada estrogen atau testoteron dan ini merupakan hal yang paling penting bagi kebanyakan wanita.
Meskipun reproduksi tidak lagi merupakan tujuan, hormon-hormon reproduksi tetap memegang peran yang penting, yaitu peran-peran yang dapat meningkatkan kesehatan dan tidak ada kaitannya dengan melahirkan bayi. Hal ini dapat dilihat dalam kenyataan bahwa reseptor hormon steroid terdapat dalam hampir semua organ tubuh perempuan. Estrogen dan androgen (seperti halnya testoteron) adalah penting, misalnya untuk mempertahankan tulang yang kuat dan sehat serta jaringan vagina dan saluran kencing yang lentur. Baik estrogen maupun progesteron sama-sama penting untuk mempertahankan lapisan kolagen yang sehat pada kulit.

C. Tanda dan Gejala-gejala Menopause
Gejala dan tanda menopause yang dialami seorang wanita sifatnya sangat individual. Bagi wanita yang tahan banting, mereka tidak akan terlalu merasakan gejala saat memasuki masa menopause, sebaliknya yang agak ‘perasa’ akan merasakan keluhan hebat baik fisik maupun mental. Beberapa tanda dan gejala tersebut antara lain :
1. Perdarahan
Perdarahan disini adalah perdarahan yang keluar dari vagina. Tidak seperti menstruasi yang datangnya teratur, perdarahan yang terjadi pada wanita menopause tidak teratur. Gejala ini terutama muncul pada saat permulaan menopause. Perdarahan akan muncul beberapa kali dalam rentang beberapa bulan untuk kemudian berhenti sama sekali. Karena munculnya pada masa awal menopause, gejala ini sering disebut gejala peralihan.
2. Rasa Panas Dan Keringat Malam
Rasa panas sering dialami wanita yang memasuki masa menopause. Perasaan ini sering dirasakan mulai dari wajah menyebar ke seluruh tubuh. Rasa panas ini sering disertai dengan warna kemerahan pada kulit dan berkeringat. Perasaan ini sering terjadi selama 30 detik sampai dengan beberapa menit. Meskipun penjelasan tentang fenomena ini belum diketahui dengan pasti namun diduga terjadi akibat dari fluktuasi hormon estrogen. Seperti diketahui, pada saat menopause, kadar hormon estrogen dalam darah akan anjlok secara tajam sehingga berpengaruh terhadap beberapa fungsi tubuh yang dikendalikan oleh hormon ini.
Sampai saat ini belum ditemukan metode untuk memperkirakan pada usia berapa penomena ini akan muncul dan kapan akan berakhir. Rasa panas ini bahkan sudah terjadi sebelum seorang wanita memasuki masa menopause. Gejala ini akan menghilang dalam 5 tahun pada sekitar 80% wanita, sisanya akan terus mengalaminya sampai dengan 10 tahun. Disamping rasa panas dan kemerahan, penderitaan wanita yang sedang menopause juga ditambah dengan keringatan di malam hari. Gejala ini tentu akan menganggu tidur yang menyebabkan wanita yang mengalaminya akan selalu kurang tidur.
3. Gejala Pada Vagina
Gejala pada vagina muncul akibat dari perubahan yang terjadi pada lapisan dinding vagina. Vagina menjadi kering dan kurang elastis akibat dari penurunan kadar estrogen. Selain itu muncul pula rasa gatal pada vagina dan yang lebih parah adalah rasa sakit saat berhubungan seksual. Perubahan pada vagina ini juga mengakibatkan wanita menopause rentan terhadap infeksi vagina.


4. Gejala Perkemihan
Perubahan yang terjadi pada lapisan vagina juga terjadi pada saluran urethra. Urethra adalah saluran yang menyalurkan air seni dari kandung kemih ke luar tubuh. Saluran urethra juga akan mengering, menipis dan berkurang keelastisannya akibat dari penurunan kadar estrogen. Perubahan ini akan menyebabkan wanita menopause rentan terkena infeksi saluran kencing, selalu ingin kencing dan ngompol.
5. Gejala Emosional dan Kognitif
Wanita yang akan memasuki masa menopause sering mengalami gejala emosional dan kognitif yang bervariasi. Gejala ini antara lain, kelelahan mental, masalah daya ingat, lekas marah, dan perubahan mood yang berlangsung cepat. Sangat sulit untuk mengetahui gejala yang manakah yang dipengaruhi oleh perubahan hormon. Perubahan emosional ini terkadang tidak disadari oleh wanita yang sedang menopause sehingga perlu pendekatan khusus untuk masalah ini. Pendekatan ini untuk meyakinkan wanita tersebut atas apa yang sedang diderita. Keringat dingin yang muncul juga memberi kesan kelelahan fisik akibat dari kurang tidur.
6. Perubahan Fisik Yang Lain
Perubahan fisik lainnya antara lain perubahan distribusi lemak tubuh yang mana pada wanita menopause lemak akan menumpuk pada pinggul dan perut. Perubahan tekstur kulit, kerutan kulit, dan terkadang disertai dengan jerawat.
7. Depresi
8. Sakit kepala
9. Pegal-pegal
10. Sembelit
11. Gangguan tulang
12. Bengkak dan rasa nyeri.



D. Cara Memperlambat Datangnya Menopause
Datangnya menopause memang tidak dapat dihindari dan itu tidak perlu membuat diri kita cemas. Tapi ada persiapan-persiapan yang bisa kita lakukan untuk memperlambat kedatangannya, antara lain:
1. Berolah Raga Secara Teratur
Olah raga selain membantu mengurangi datangnya gejala awal menopause, dapat pula meningkatkan kekuatan tulang. Tetap berusaha agar hidup aktif akan menekan gejala insomnia, memperlambat osteoporosis dan penyakit jantung Mulailah dengan olah raga seperti jalan
kaki, jogging, meditasi dan yoga.
1. Mengkonsumsi makanan yang kaya akan kalsium
Mengkonsumsi makanan seperti susu, keju dan kacang-kacangan dapat mengurangi kekeroposan tulang. Perempuan, terutama menjelang usia-usia menopause, sebaiknya mengkonsumsi kalsium sebanyak 1000-1500 gram seharinya. Sebagian besar dapat diperoleh dari makanan, seperti susu, yoghurt, beberapa jenis sayuran (antara lain brokoli). Kalau jumlah kalsium dari makanan kurang mencukupi, dapat juga memakan tablet kalsium.
2. Mengkonsumsi Makanan Yang Mengandung Vitamin Seperti Buah-Buahan dan Sayuran.
Vitamin yang terkandung dalam buah-buahan dan sayuran dapat meningkatkan kesehatan tubuh. Sebagian besar vitamin yang diperlukan tubuh sudah diperoleh melalui makanan kita sehari-hari. Tetapi adakalanya terutama mereka yang aktif, memerlukan juga tambahan vitamin. Vitamin yang diperlukan antara lain B1, B2, B12, asam folat dan terutama bagi mereka yang menginjak usia menopause memerlukan vitamin-vitamin aktioksidan seperti vitamin A dan E. Untuk mencegah menopause dini, disarankan agar kaum perempuan mengkonsumsi fitoestrogen yang banyak terdapat pada makanan khas Indonesia.
Fitoestrogen bisa ditemukan pada buah-buahan seperti pepaya, bengkuang, teh hijau, kacang kedelai serta produk kedelai seperti tempe, tahu dan tauco. Fitoestrogen juga bisa didapat dari biji-bijian gandum, wijen, biji bunga matahari, dan kacang tunggak. Selain itu, rajin berolahraga, berjemur di sinar matahari pagi dan minum susu bebas lemak. Kedelai mengandung fitoestrogen atau estrogen yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Kedelai dapat kita konsumsi dari kecap, tempe, tahu, tauco atau susu kedelai. Yang perlu diketahui, fitoestrogen juga memiliki kelemahan, yakni tidak bisa mencegah osteoporosis dan mengatasi ‘kekeringan’ pada vagina. Padahal kedua hal ini merupakan keluhan yang paling banyak dikemukakan.Keluhan itu bisa diatasi dengan memakai krim khusus untuk vagina, sedangkan untuk osteoporosis bisa dihambat dengan minum susu hewan tanpa lemak.
3. Mengurangi konsumsi kopi, teh, minuman soda, dan alcohol.
Minuman ini banyak mengandung kafein yang dapat memperlambat penyerapan kalsium.
4. Menghindari rokok
Merokok dapat menyebabkan terjadinya menopause lebih awal dan memudahkan kita terkena osteoporosis. Berkurangnya produksi hormon esterogen pada masa menopause saat ini sudah dapat diantisipasi dengan memberikan hormon estrogen dari luar atau yang lebih dikenal dengan sebutan hormon replacement therapy.





BAB III
PENUTUP


A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
1. Menopause adalah berhentinya masa menstruasi pada wanita yang rata
rata umurnya mencapai 50 tahun dengan rentang antara 48 dan 52 tahun.
2. Penyebab Menopause adalah adanya degenerasi atau penuaan secara
alamiah pada organ reproduksi wanita.
3. Gejala-gejala menopause meliputi perdarahan, rasa panas dan keringat
malam, gejala pada vagina, gejala perkemihan, gejala emosional dan
kognitif, perubahan fisik yang lain, depresi, sakit kepala, pegal-pegal,
sembelit, gangguan tulang bengkak dan rasa nyeri.
4. Menopause tidak dapat dicegah tetapi kita dapat memperlambat datangnya menopause serta gejala-gejala menopause dapat ditekan dengan terapi estetogen pengganti, berolah raga secara teratur, mengkonsumsi makanan yang kaya akan kalsium, mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin seperti buah-buahan dan sayuran, mengurangi konsumsi kopi, teh, minuman soda, dan alcohol dan menghindari rokok

B. Saran
Dari sedikit penjelasan diatas, kiranya penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:
1. Sebaiknya seorang wanita yang umurnya sudah mendekati 40 tahun harus berolahraga secara teratur, mengkonsumsi kalsium dan vitamin-vitamin yang berguna bagi tubuh agar masa menopausenya tidak terlalu cepat.
2. Sebaiknya seorang wanita mempersiapkan mentalnya untuk menghadapi masa menopause.

Jumat, 09 Oktober 2009

Sejarah Promosi Kesehatan

Kesehatan masyarakat tidak terlepas dari 2 tokoh metologi Yunani, yakni Asclepius dan Higeia. Berdasarkan cerita mitos Yunani tersebut Asclepius disebutkan sebagai seorang dokter pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya tetapi diceritakan bahwa ia telah dapat mengobati penyakit dan bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu (surgical procedure) dengan baik. Higeia, seorang asistennya, yang kemudian diceritakan sebagai isterinya juga telah melakukan upaya-upaya kesehatan.
Beda antara Asclepius dengan Higeia dalam pendekatan / penanganan masalah kesehatan adalah, Asclepius melakukan pendekatan pengobatan penyakit setelah penyakit tersebut terjadi pada seseorang. Sedangkan Higeia mengajarkan kepada pengikutnya dalam pendekatan masalah kesehatan melalui "hidup seimbang", menghindari makanan / minuman beracun, makan makanan yang bergizi baik, cukup istirahat dan melakukan olahraga. Apabila orang yang sudah jatuh sakit Higeia lebih menganjurkan melakukan upaya-upaya secara alamiah untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut, antara lain lebih baik dengan memperkuat tubuhnya dengan makanan yang baik daripada dengan pengobatan / pembedahan.
Dari cerita mitos Yunani, Asclepius dan Higeia tersebut, akhirnya muncul 2 aliran atau pendekatan dalam menangani masalah-masalah kesehatan. Kelompok atau aliran pertama cenderung menunggu terjadinya penyakit (setelah sakit), yang selanjutnya disebut pendekatan kuratif (pengobatan). Kelompok ini pada umumnya terdiri dari dokter, dokter gigi, psikiater dan praktisi-praktisi lain yang melakukan pengobatan penyakit baik fisik, psikis, mental maupun sosial. Sedangkan kelompok kedua, seperti halnya pendekatan Higeia, cenderung melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit dan meningkatkan kesehatan (promosi) sebelum terjadinya penyakit. Kedalam kelompok ini termasuk para petugas kesehatan masyarakat lulusan-lulusan sekolah atau institusi kesehatan masyarakat dari berbagai jenjang.
Dalam perkembangan selanjutnya maka seolah-olah timbul garis pemisah antara kedua kelompok profesi, yakni
1. Pelayanan kesehatan kuratif (curative health care)
Pendekatan kuratif pada umumnya dilakukan terhadap sasaran secara individual, kontak terhadap sasaran (pasien) pada umumnya hanya sekali saja. Jarak antara petugas kesehatan (dokter, drg, dan sebagainya) dengan pasien atau sasaran. Cenderung bersifat reaktif, artinya kelompok ini pada umumnya hanya menunggu masalah datang. Seperti misalnya dokter yang menunggu pasien datang di Puskesmas atau tempat praktek. Kalau tidak ada pasien datang, berarti tidak ada masalah, maka selesailah tugas mereka, bahwa masalah kesehatan adalah adanya penyakit. cenderung melihat dan menangani klien atau pasien lebih kepada sistem biologis manusia atau pasien hanya dilihat secara parsial, padahal manusia terdiri dari kesehatan bio-psikologis dan sosial, yang terlihat antara aspek satu dengan yang lainnya.
2. Pelayanan pencegahan atau preventif (preventive health care).
Pendekatan preventif, sasaran atau pasien adalah masyarakat (bukan perorangan) masalah-masalah yang ditangani pada umumnya juga masalah-masalah yang menjadi masalah masyarakat, bukan masalah individu. Hubungan antara petugas kesehatan dengan masyarakat (sasaran) lebih bersifat kemitraan tidak seperti antara dokter-pasien. Kelompok preventif lebih mengutamakan pendekatan proaktif, artinya tidak menunggu adanya masalah tetapi mencari masalah. Petugas kesehatan masyarakat tidak hanya menunggu pasien datang di kantor atau di tempat praktek mereka, tetapi harus turun ke masyarakat mencari dan mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat, dan melakukan tindakan. Melihat klien sebagai makhluk yang utuh, dengan pendekatan yang holistik. Terjadinya penyakit tidak semata-mata karena terganggunya sistem biologi individual tetapi dalam konteks yang luas, aspek biologis, psikologis dan sosial. Dengan demikian pendekatannya pun tidak individual dan parsial tetapi harus secara menyeluruh atau holistik.

Munculnya Istilah Promosi Kesehatan
Istilah Health Promotion (Promosi Kesehatan) sudah mulai dicetuskan pada tahun 1986, pada waktu diselenggarakan Konferensi International Pertama tentang Health Promotion di Ottawa, Canada, pada tahun 1986. Pada waktu itu dicanangkan the Ottawa Charter, yang memuat definisi dan prinsip-prinsip dasar Health Promotion. Namun istilah tersebut pada waktu itu di Indonesia belum bergema. Pada waktu itu, istilah yang ada tetap Penyuluhan Kesehatan, disamping juga populer istilah-istilah lain seperti: KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi), Pemasaran Sosial (Social Marketing), Mobilisasi Sosial, dll.
Suatu ketika pada sekitar akhir tahun 1994, Dr. Ilona Kickbush, yang baru saja menjabat sebagai Direktur Health Promotion WHO Headquarter Geneva, datang ke Indonesia. Pada waktu itu Kepala Pusat Penyuluhan Kesehatan Depkes baru saja diangkat, yaitu Drs. Dachroni MPH, yang menggantikan Dr. IB Mantra yang purna bakti (pensiun). Dengan kedatangan Dr. Kickbush, diadakanlah pertemuan dengan pimpinan Depkes dan pertemuan lainnya baik internal penyuluhan kesehatan maupun external dengan lintas program dan lintas sektor, termasuk FKM UI. Ia kemudian menyampaikan usulan agar Indonesia dapat menjadi tuan rumah Konferensi International Health Promotion yang keempat, yang sebenarnya memang sudah waktunya diselenggarakan.
Usulan itu diterima oleh pimpinan Depkes (Menteri Kesehatan waktu itu Prof. Dr. Suyudi). Kunjungan Dr. Kickbush itu ditindak lanjuti dengan kunjungan pejabat Health Promotion WHO Geneva lainnya, yaitu Dr. Desmond O Byrne, sampai beberapa kali, untuk mematangkan persiapan konferensi Jakarta. Sejak itu khususnya Pusat Penyuluhan Kesehatan Depkes berupaya mengembangkan konsep promosi kesehatan tersebut serta aplikasinya di Indonesia. Sebagai tuan rumah konferensi internasional tentang promosi kesehatan, seharusnyalah kita sendiri mempunyai kesamaan pemahaman tentang konsep dan prinsip-prinsipnya serta dapat mengembangkannya paling tidak di beberapa daerah
sebagai percontohan.
Dengan demikian penggunaan istilah promosi kesehatan di Indonesia tersebut dipacu oleh perkembangan dunia internasional. Nama unit Health Education di WHO baik di Headquarter, Geneva maupun di SEARO, India juga sudah berubah menjadi Unit Health Promotion. Nama organisasi profesi internasional juga sudah berubah menjadi International Union for Health Promotion and Education (IUHPE). Istilah promosi kesehatan tersebut juga ternyata sesuai dengan perkembangan pembangunan kesehatan di Indonesia sendiri, yang mengacu pada paradigma sehat.

Strategi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Pada pertengahan tahun 1995 dikembangkanlah Strategi atau Upaya Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (disingkat PHBS), sebagai bentuk operasional atau setidaknya sebagai embrio promosi kesehatan di Indonesia. Strategi tersebut dikembangkan melalui serangkaian pertemuan baik internal Pusat Penyuluhan Kesehatan maupun external secara lintas program dan lintas sektor, termasuk dengan organisasi profesi, FKM UI dan LSM.
Beberapa hal yang dapat disarikan tentang pokok-pokok Promosi Kesehatan (Health Promotion) atau PHBS yang merupakan embrio Promosi Kesehatan di Indonesia ini, adalah bahwa:
1. Promosi Kesehatan (Health Promotion), yang diberi definisi : Proses pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya (the process of enabling people to control over and improve their health), lebih luas dari Pendidikan atau Penyuluhan Kesehatan. Promosi Kesehatan meliputi Pendidikan/ Penyuluhan Kesehatan, dan di pihak lain Penyuluh/Pendidikan Kesehatan merupakan bagian penting (core) dari Promosi Kesehatan.
2. Pendidikan/Penyuluhan Kesehatan menekankan pada upaya perubahan atau perbaikan perilaku kesehatan. Promosi Kesehatan adalah upaya perubahan/perbaikan perilaku di bidang kesehatan disertai dengan upaya mempengaruhi lingkungan atau hal-hal lain yang sangat berpengaruh terhadap perbaikan perilaku dan kualitas kesehatan.
3. Promosi Kesehatan juga berarti upaya yang bersifat promotif (peningkatan) sebagai perpaduan dari upaya preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan) dalam rangkaian upaya kesehatan yang komprehensif. Promosi Kesehatan juga merupakan upaya untuk menjajakan, memasarkan atau menjual yang bersifar persuasif, karena sesungguhnya “kesehatan” merupakan “sesuatu” yang sangat layak jual, karena sangat perlu dan dibutuhkan setiap orang dan masyarakat.

4. Pendidikan/penyuluhan kesehatan menekankan pada pendekatan edukatif, sedangkan pada promosi kesehatan, selain tetap menekankan pentingnya pendekatan edukatif yang banyak dilakukan pada tingkat masyarakat di strata primer (di promosi kesehatan selanjutnya digunakan istilah gerakan pemberdayaan masyarakat), perlu dibarengi atau didahului dengan upaya advokasi, terutama untuk strata tertier (para pembuat keputusan atau kebijakan) dan bina suasana (social suppoprt), khususnya untuk strata sekundair (mereka yang dikategorikan sebagai para pembuat opini). Maka dikenallah strategi ABG, yaitu Advokasi, Bina Suasana dan Gerakan/pemberdayaan Masyarakat.
5. Pada pendidikan/penyuluhan kesehatan, masalah diangkat dari apa yang ditemui atau dikenali masyarakat (yaitu masalah kesehatan atau masalah apa saja yang dirasa penting/perlu diatasi oleh masyarakat. Pada PHBS, masyarakat diharapkan dapat mengenali perilaku hidup sehat, yang ditandai dengan sekitar 10 perilaku sehat (health oriented). Masyarakat diajak untuk mengidentifikasi apa dan bagaimana hidup bersih dan sehat, kemudian mengenali keadaan diri dan lingkungannya serta mengukurnya seberapa sehatkah diri dan lingkungannya itu.
Pendekatan ini kemudian searah dengan paradigma sehat, yang salah satu dari tiga pilar utamanya adalah perilaku hidup sehat.
6. Pada pendidikan/penyuluhan kesehatan yang menonjol adalah pendekatan di masyarakat (melalui pendekatan edukatif), sedangkan pada PHBS/promosi kesehatan dikembangkan adanya 5 tatanan: yaitu di rumah/tempat tinggal (where we live), di sekolah (where we learn), di tempat kerja (where we work), di tempat-tempat umum (where we play and do everything) dan di sarana kesehatan (where we get health services). Dari sini dikembangkan kriteria rumah sehat, sekolah sehat, tempat kerja sehat, tempat umum sehat, dll yang mengarah pada kawasan sehat seperti : desa sehat, kota sehat, kabupaten sehat, dll sampai ke Indonesia Sehat.
7. Pada promosi kesehatan, peran kemitraan lebih ditekankan lagi, yang dilandasi oleh kesamaan (equity), keterbukaan (transparancy) dan saling memberi manfaat (mutual benefit). Kemitraan ini dikembangkan antara pemerintah dengan masyarakat termasuk swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat, juga secara lintas program dan lintas sektor.
8. Sebagaimana pada Pendidikan dan Penyuluhan, Promosi Kesehatan sebenarnya juga lebih menekankan pada proses atau upaya, dengan tanpa mengecilkan arti hasil apalagi dampak kegiatan. Jadi sebenarnya sangat susah untuk mengukur hasil kegiatan, yaitu perubahan atau peningkatan perilaku individu dan masyarakat. Yang lebih sesuai untuk diukur: adalah mutu dan frekwensi kegiatan seperti: advokasi, bina suasana, gerakan sehat masyarakat, dll. Karena dituntut untuk dapat mengukur hasil kegiatannya, maka promosi kesehatan mengaitkan hasil kegiatan tersebut pada jumlah tatanan sehat, seperti: rumah sehat, sekolah sehat, tempat kerja sehat, dst.

Konsep Promosi Kesehatan dan/atau PHBS tersebut selanjutnya digulirkan ke daerah dan beberapa daerah mencoba mengembangkannya paling tidak di beberapa kabupaten.

Konferensi Internasional Health Promotion IV dan Deklarasi Jakarta
Konferensi I di Ottawa, Canada (1986) menghasilkan ”Ottawa Charter”, memuat 5 strategi pokok Promosi Kesehatan, yaitu :
1. Mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan (healthy public policy);
2. Menciptakan lingkungan yang mendukung (supportive environment);
3. Memperkuat gerakan masyarakat (community action);
4. Mengembangkan kemampuan perorangan (personnal skills);
5. Menata kembali arah pelayanan kesehatan (reorient health services).
Konferensi II di Adelaide, Australia (1988), membahas lebih lanjut tentang pengembangan kebijakan yang berwawasan kesehatan, dengan menekankan 4 bidang prioritas, yaitu:
1. Mendukung kesehatan wanita;
2. Makanan dan gizi;
3. Rokok dan alkohol;
4. Menciptakan lingkungan sehat.
Pada tahun 1989 diadakan pertemuan Kelompok Promosi Kesehatan negara-negara berkembang di Geneva, sebagai seruan untuk bertindak (A call for action). Dalam pertemuan ini ditekankan bahwa 3 strategi pokok promosi kesehatan untuk pembangunan kesehatan:
1. Advokasi Kebijakan (advocacy);
2. Pengembangan aliansi yang kuat dan sistem dukungan sosial (social support);
3. Pemberdayaan masyarakat (empowerment).
Selanjutnya pada tahun 1991 diselenggarakan Konferensi ke III di Sundval, Swedia. Konfrensi ini menghasilkan pernyataan perlunya dukungan lingkungan untuk kesehatan. Untuk dukungan ini diperlukan 4 strategi kunci, yakni:
1. Memperkuat advokasi diseluruh lapisan masyarakat;
2. Memberdayakan masyarakat dan individu agar mampu menjaga kesehatan dan lingkungannya melalui pendidikan dan pemberdayaan;
3. Membangun aliansi;
4. Menjadi penengah diantara berbagai konflik kepentingan di tengah masyarakat.
Ketiga konferensi internasional tersebut diselenggarakan di negara maju. Timbul pertanyaan apakah promosi kesehatan itu hanya sesuai untuk negara maju saja dan tidak cocok untuk negara berkembang. Untuk membantah keraguan itu, maka konferensi yang ke IV ini diselenggarakan di salah satu negara sedang berkembang. Indonesia memperoleh kehormatan untuk menjadi penyelenggaranya yang pertama.
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan IV ini terselenggara pada bulan Juli 1997 bertempat di Hotel Horison, Ancol, Jakarta.Konferensi ke IV di Jakarta ini dihadiri oleh sekitar 500 orang dari 78 negara, termasuk sekitar 150 orang Indonesia, khususnya dari daerah. Ini karena konferensi tersebut juga merupakan konferensi nasional promosi kesehatan yang pertama (Selanjutnya nanti ada konferensi nasional kedua di Hotel Bidakara, Jakarta, tahun 2000, dan konferensi nasional ketiga di Yogyakarta, tahun 2003). Konferensi dibuka oleh Presiden RI, Bapak Soeharto, di Istana Negara. Selain pembicara-pembicara internasional, juga tampil pembicara Indonesia, yaitu Prof Dr. Suyudi selaku Menteri Kesehatan, dan Prof. Dr. Haryono Suyono, selain selaku Menteri Kependudukan juga sebagai pakar komunikasi. Pada acara Indonesia Day, tampil pembicara-pembicara dari berbagai program, sektor dan daerah, menyampaikan pengalamannya dalam berbagai kegiatan promosi kesehatan atau pendidikan kesehatan dalam program atau daerah masing-masing (diselenggarakan dalam sidang-sidang yang berjalan secara serentak/pararel).
Konferensi ini bertema: “New players for a new era: Leading Health Promotion into the 21st century” dan menghasilkan Deklarasi Jakarta, yang diberi nama: “The Jakarta Declaration on Health Promotion into the 21st Century”. Selanjutnya Deklarasi Jakarta ini memuat berbagai hal, antara lain sebagai berikut:
• Bahwa Konferensi Promosi Kesehatan di Jakarta ini diselenggarakan hampir 20 tahun setelah Deklarasi Alma Ata dan sekitar 10 tahun setelah Ottawa Charter, serta yang pertama kali diselenggarakan di negara sedang berkembang dan untuk pertama kalinya pihak swasta ikut memberikan dukungan penuh dalam konferensi.
• Bahwa Promosi Kesehatan merupakan investasi yang berharga , yang mempengaruhi faktor-faktor penentu di bidang kesehatan guna mencapai kualitas sehat yang setinggi-tingginya.
• Bahwa Promosi Kesehatan sangat diperlukan untuk menghadapi berbagai tantangan dan perubahan faktor penentu kesehatan. Berbagai tantangan tersebut seperti: adanya perdamaian, perumahan, pendidikan, perlindungan sosial, hubungan kemasyarakatan, pangan, pendapatan, pemberdayaan perempuan, ekosistem yang mantap, pemanfaatan sumber daya yang berkelanjutan, keadilan sosial, penghormatan terhadap hak-hak azasi manusia, dan persamaan, serta kemiskinan yang merupakan ancaman terbesar terhadap kesehatan, selain masih banyak ancaman lainnya.
• Bahwa untuk menghadapi berbagai tantangan yang muncul terhadap kesehatan diperlukan kerjasama yang lebih erat , menghilangkan sekat-sekat penghambat, serta mengembangkan mitra baru antara berbagai sektor, di semua tingkatan pemerintahan dan lapisan masyarakat.
• Bahwa prioritas Promosi Kesehatan abad 21 adalah :
1. Meningkatkan tanggungjawab sosial dalam kesehatan;
2. Meningkatkan investasi untuk pembangunan kesehatan;
3. Meningkatkan kemitraan untuk kesehatan;
4. Meningkatkan kemampuan perorangan dan memberdayakan masyarakat;
5. Mengembangkan infra struktur promosi kesehatan.

• Selanjutnya menyampaikan himbauan untuk bertindak, dengan menyusun rencana aksi serta membentuk atau memperkuat aliansi promosi kesehatan di berbagai tingkatan, mencakup antara lain :
1. Membangkitkan kesadaran akan adanya perubahan faktor penentu kesehatan;
2. Mendukung pengembangan kerjasama dan jaringan kerja untuk pembangunan kesehatan;
3. Mendorong keterbukaan dan tanggungjawab sosial dalam promosi kesehatan.

Promosi Kesehatan Pada Program-program Kesehatan
Sebenarnya pada setiap program kesehatan ada komponen promosi kesehatannya, karena semua masalah kesehatan mengandung komponen perilaku. Namun karena keterbatasan sumberdaya, pada kurun waktu ini secara nasional, promosi kesehatan terbatas pada beberapa program prioritas saja. Program-program kesehatan tersebut adalah: Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak (Khususnya Pertolongan persalinan dan Penggunaan ASI Eklusif), Peningkatan Gizi Keluarga dan Masyarakat (termasuk GAKY), Kesehatan Lingkungan (khususnya penggunaan air bersih, penggunaan toilet/jamban, mencuci tangan dengan sabun), Penanggulangan Penyakit Tidak Menular (khususnya Aktivitas fisik, makan gizi seimbang dan masalah merokok), Penanggulangan penyalahgunaan NAPZA, dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM). Di daerah, prioritas program tersebut disesuaikan dengan keadaan, masalah dan potensi daerah.
Selain itu juga dilakukan promosi kesehatan untuk mendukung beberapa program khusus. Sebagai contoh adalah kampanye Pekan Imunisasi Nasional (dalam rangka penanggulangan polio). Demikian pula dalam penanggulangan HIV/AIDS yang dilakukan promosi kesehatan secara lintas sektoral, juga dalam menghadapi SARS. Selain itu dilakukan pula promosi kesehatan dalam rangka penanggulangan masalah tembakau, promosi penggunaan obat generik, dll. Perlu diakui bahwa masih banyak promosi kesehatan untuk berbagai program kesehatan lainnya yang belum dapat tertangani.

Era Globalisasi Dan Promosi Kesehatan
Kurun waktu 2000 an ini juga merupakan era globalisasi. Batas-batas antar negara menjadi lebih longgar. Persoalan menjadi lebih terbuka. Berkaitan dengan era globalisasi ini dapat menimbulkan pengaruh baik positif maupun negatif. Di satu pihak arus informasi dan komunikasi mengalir sangat cepat. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat. Dunia menjadi lebih terpacu dan maju. Di pihak lain penyakit menular yang ada di satu negara dapat menyebar secara cepat ke negara lain apabila negara itu rentan atau rawan. Misalnya AIDS, masalah merokok, penyalahgunaan NAPZA, dll sudah menjadi persoalan dunia. Demikian pula budaya negatif di satu bangsa/negara dengan cepat juga dapat masuk dan mempengaruhi budaya bangsa/negara lain.
Sementara itu khususnya di bidang Promosi Kesehatan, dalam era globalisasi ini Indonesia memperoleh banyak masukan dan perbandingan dari banyak negara. Melalui berbagai pertemuan internasional yang diikuti, setidaknya para delegasi memperoleh inspirasi untuk mengembangkan promosi kesehatan di Indonesia. Beberapa pertemuan itu adalah sebagai berikut :
1. Konferensi Internasional Promosi Kesehatan. Konferensi ini bersifat resmi, para utusannya diundang oleh WHO dan mewakili negara. Selama kurun waktu 1995-2005 ada tiga kali konferensi internasional, yaitu: the 4th International Conference on Health Promotion, Jakarta, 1997, the 5th International Conference on Health Promotion, Mexico City, 2000, dan the 6th Global Conference on Health Promotion, Bangkok, 2005. Pada pertemuan di Bangkok istilah International Conference diganti dengan Global Conference, a.l. karena dengan istilah “Global” tersebut menunjukkan bahwa sekat-sekat antar negara menjadi lebih tipis dan persoalan serta solusinya menjadi lebih mendunia. Menkes RI yang hadir pada konferensi di Jakarta adalah Prof. Dr. Suyudi yang juga menjadi pembicara kunci pada konferensi tersebut; di Mexico City: Dr. Achmad Suyudi, yang juga menjadi salah satu pembicara kunci dan bersama para menteri kesehatan dari negara-negara lain ikut menandatangani “Mexico Ministerial Statements on health Promotion”; dan yang hadir di Bangkok adalah Drs. Richard Panjaitan, Staf Ahli yang mewakili Menteri Kesehatan yang harus berada di tanah air menjelang peringatan proklamasi kemerdekaan RI. Konferensi di Bangkok ini menghasilkan “The Bangkok Charter”. Ketiga konferensi tersebut baik proses maupun hasil-hasilnya memberikan sumbangan yang bermakna dalam perkembangan promosi kesehatan di Indonesia.
2. Konferensi internasional Promosi dan Pendidikan Kesehatan. Konferensi ini bersifat keilmuan. Utusannya datang atas kemauan sendiri dengan mendaftar lebih dahulu. Penyelenggaranya adalah Organisasi Profesi, yaitu International Union for Health Promotion and Education. Dalam kurun waktu ini sebenarnya ada empat kali pertemuan, tetapi Indonesia hanya hadir di tiga pertemuan yaitu di Ciba, Jepang, tahun 1995, di Paris, Perancis, tahun 2001, dan Melbourne, Australia, 2004. Indonesia tidak hadir pada pertemuan di Pourtorico, tahun 1998, karena situasi tanah air yang tidak memungkinkan untuk pergi. Dengan mengikuti konferensi seperti ini, selain menambah wawasan dan gagasan, juga menambah teman dan jaringan.
3. Pertemuan-pertemuan WHO tingkat regional dan internasional. Pertemuan seperti ini biasanya diikuti oleh kelompok terbatas, antara 20-30 orang. Sifatnya merupakan pertemuan konsultasi atau juga pertemuan tenaga ahli (expert). Pesertanya adalah utusan yang mewakili unit Promosi Kesehatan di masing-masing negara, atau perorangan yang dianggap ahli, yang diundang oleh WHO. Dalam kurun waktu 1995-2005 beberapa kali diselenggarakan pertemuan konsultasi di New Delhi, India, di Bangkok, Thailand, di Jakarta, Indonesia, dan beberapa kali di Genewa, Swis, khususnya dalam kaitannya dengan Mega Country Health Promotion Network. Pertemuan-pertemuan seperti ini juga memacu perkembangan promosi kesehatan di Indonesia. Khusus dalam Mega country network ini diupayakan penanggulangan penyakit tidak menular secara bersama melalui upaya aktivitas fisik, makan gizi seimbang dan tidak merokok.
4. Pertemuan regional ASEAN. Pertemuan ini diselenggarakan oleh negara-negara anggota ASEAN. Pertemuan seperti ini diselenggarakan beberapa kali, tetapi yang menyangkut promosi kesehatan diselenggarakan pada tahun 2002 di Vientiane, Laos. Pertemuan ini menghasilkan Deklarasi Vientiane atau Kesepakatan Menteri Kesehatan ASEAN tentang “Healthy ASEAN Lifestyle” (antara lain ditandatangani oleh Dr. Achmad Suyudi selaku Menkes RI) yang pada pokoknya merupakan kesepakatan untuk mengintensifkan upaya-upaya regional untuk meningkatkan gaya hidup sehat penduduk ASEAN. Dalam kesepakatan itu ditetapkan antara lain tentang visinya, yaitu bahwa pada tahun 2020 semua penduduk ASEAN akan menuju kehidupan yang sehat, sesuai dengan nilai, kepercayaan dan budaya lingkungannya.
5. Pertemuan-pertemuan internasional atau regional lainnya, seperti: International Conference on Tobacco and Health di Beijing, 1997; International Conference on Working Together for better health di Cardiff, UK, 1998; dan masih banyak pertemuan lainnya, misalnya tentang HIV/AIDS di Bangkok, Manila, dll; pertemuan tentang kesehatan lingkungan di Nepal; pertemuan tentang Health Promotion di Bangkok, di Melbourne, dll. Ini semua memperkuat jaringan dan semakin memantapkan langkah di Indonesia.

Selain itu, Indonesia juga banyak menerima kunjungan persahabatan dari negara-negara sahabat, kebanyakan dari negara-negara yang sedang berkembang seperti dari Bangladesh, India, Myarmar, Sri Langka, Maladewa (Maldives) dan beberapa negara di Afrika. Dalam kesempatan diskusi di kelas maupun kunjungan lapangan, mereka juga sering memberi masukan dan perbandingan tentang kegiatan promosi kesehatan.